Hujan

Posted by

makalahtentang.com -Setiap tetesnya selalu memberikan ketenangan. Butir-butir yang jatuh ke tanah memberikan efek wangi yang khas dan kesejukkan. Aku selalu menyukainya dan merindukannya. Dia pelipur laraku dan kebahagianku.

HUJAN..!!
Berjalan di tengah derasnya hujan, seorang gadis cantik berambut hitam panjang dan berkacamata tanpa payung yang melindungi dirinya. Putih kulitnya terbasahi oleh butiran-butiran air hujan tetapi sebuah senyuman masih tersungging di wajahnya seakan menandakan bahwa ia bahagia. Semua orang termasuk diriku memperhatikan tingkahnya namun gadis itu seakan tak memperdulikan yang ada di sekitarnya. Aku menghampiri gadis tersebut dengan sebuah
payung di tanganku.
“bajumu basah.” Kataku dan memberikannya sebuah payung.
“aku tak membutuhkannya.”
Gadis itu berlari meninggalkanku. Gadis yang aneh. Gadis yang sangat bahagia ketika hujan turun. Siapa gadis itu? Tersenyum aku mengingat setiap tingkah gadis itu hari ini.
Hari ini hujan kembali turun dan membasahi setiap hal yang ada di kota mini metropolis ini. Ya kotaku yang tercinta, Bandung. Aku duduk di sebuah kursi dekat jendela di dalam cafeku. Aku lihat pemandangan di luar cafeku. Dalam hati aku berharap kehadiran gadis tersebut. Si gadis pecinta hujan. Sayup-sayup dari kejauhan aku melihat gadis tersebut. Dia seakan menari di tengah derasnya hujan hari ini. Aku tersenyum melihat kehadirannya.
Hari ini gadis itu lebih bahagia dari hari sebelumnya. Dengan kacamata di tangannya, gadis itu memainkan setiap tetes air hujan yang turun membasahi tangannya. Kemudian lagi dan lagi hasratku ingin menghampirinya. Dengan sebuah payung di tanganku aku kembali mencoba menghampirinya.
“bajumu basah.”
Gadis itu tersenyum ke arahku dan berlalu meninggalkanku. Tapi aku mengejarnya dan gadis itu pun menghentikan langkahnya kemudian memandangku seakan bertanya apa yang hendak aku lakukan.
“aku.. aku hendak memberikanmu payung.”
“tapi aku tak membutuhkannya.”
Katanya dan berlari meninggalkanku kembali. Hatiku berdegup kencang saat menatapnya. Wajahnya putih dan cantik, seakan bidadari yang hadir di hadapanku. Butiran-butiran air hujan yang membasahinya seakan berlian yang berkilauan di wajahnya. Lagi dan lagi gadis itu membuatku terpesona.
Hari ini hujan tak lagi datang. Sebenarnya dalam hati aku berharap hujan akan hadir hari ini dan aku akan melihat gadis itu lagi. Apakah mungkin dia akan datang hari ini tanpa hujan?
“coklat panasnya satu ya.”
Suara itu? Seperti suara gadis itu. Aku tengokkan wajahku dari luar cafe ke dalam cafeku. Senyum kembali hadir menghiasi wajahku. Gadis itu hadir kembali hari ini. Dia duduk di tepi cafe dekat jendela dengan secangkir coklat panas dan sebuah buku di tangannya. Aku kembali memberanikan diri untuk menghampiri gadis tersebut.
“boleh aku duduk disini? ”
“silakan.”
Aku tarik sebuah kursi tepat didepan gadis tersebut. Kali ini jantungku berdegup lebih cepat dari yang kurasakan kemarin. Dan ternyata gadis ini lebih cantik dari saat kemarin kulihat.
“hari ini hujan tidak turun.”
“aku tahu.”
“jadi..”
“jadi kau tidak bisa beralasan untuk meminjamkanku payung.” Kata gadis itu menutup bukunya dan menatapku.
Aku terdiam untuk sesaat. Entah apa yang kurasakan tapi saat ini aku menjadi salah tingkah.
“derry.” Kataku mencoba mengenalkan diri
“aku tahu. Pemilik cafe ini kan?”
“bagaimana kamu tahu? Siapa namamu?”
“kau tahu siapa namaku.” Kata gadis itu dan berlalu meninggalkanku.
Penasaran! Itu yang kini aku rasakan. Gadis itu telah membuat banyak pertanyaan dalam benakku. Siapa gadis itu sebenarnya? Bagaimana dia mengenalku? Apa aku pernah mengenalnya? Gadis aneh yang pernah kutemui dalam hidupku.
Hari ini hujan kembali turun. Bahagia hatiku saat melihat hujan turun. Kali ini aku bertekad untuk menemui gadis tersebut. Aku ingin sekali mengetahui siapakah gadis itu sebenarnya.
1 jam pun berlalu hujan masih setia menemani. Di dalam cafe aku menantikan kehadiran gadis tersebut. Namun hingga detik ini ia tak kunjung datang.
2 jam pun mulai berlalu, hujan sempat terhenti sejenak namun turun kembali dengan sangat derasnya. Namun gadis itu tak kunjung hadir pula.
Mungkin gadis itu tidak hadir hari ini. Aku pun bangkit dari kursiku. Namun saat aku hendak berlalu, gadis itu pun tiba. Aku langsung berlari keluar di tengah derasnya hujan dan menghampirinya.
“tidak bawa payung hari ini?” Tanya gadis itu padaku
“siapa kau sebenarnya? Dan bagaimana kau mengenalku?”
Gadis itu terdiam kemudian menutup matanya. Kedua tangannya diangkat seakan menerima tetesan air hujan yang turun. Gadis itu seakan menikmati detik detik hujan yang turun.
“tak ingatkah kau akan ketenangan dan kesejukkan setiap butir-butir air yang jatuh ini.”
“maksudmu?”
“kau yang mengajariku mencintainya dan menikmatinya. Namun mengapa kini kau melupakannya?”
Aku terdiam sejenak, memahami setiap perkataannya. Dan seakan pikiranku menerawang dan mengingat sesuatu.
“hujan adalah kesejukkanku. Setiap butir butir air yang turun memberikanku ketenangan. Aku selalu menyukainya dan merindukannya.”
Seketika aku teringat akan semua itu. Semua perkataan yang pernah kukatakan ketika aku kecil. Aku pun mencoba membuka mataku dan kulihat gadis itu masih menikmati setiap butiran butiran air hujan yang turun membasahinya. Aku pun mengikuti apa yang dilakukan gadis tersebut. Rasanya seperti masa lalu. Masa lalu yang hampir saja aku lupakan. Sebuah senyuman mulai terukir di wajahku dan ini senyum bahagiaku.
“kau kah itu?”
ya, ini aku. Aku selalu disini bersama hujan menantikan dirimu kembali.”
Aku tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh gadis tersebut. Kunikmati setiap butirannya. Dan aku merasakan kebahagian yang luar biasa hari ini.
“masihkah kau menyukainya?” Tanya gadis tersebut padaku.
“ya. Tapi kini aku lebih menyukai yang lain selain hal ini.”
“apa itu?”
“kau.”
“sudah. Diam dan rasakan saja hujan kali ini. Aku akan setia bersamamu setiap kali hujan turun.”
Aku ingin hujan turun setiap harinya. Agar aku bisa merasakan kebahagian yang luar biasa seperti hari ini. Agar aku bisa merasakan ketenangan, kesejukan dan wangi yang khas. Aku pun ingin hujan turun setiap saat. Agar aku bisa selalu bertemu dengan gadisku. Ya, dia gadisku.
Cerpen Karangan: Widya Laksari Sastri
Facebook: Widya Laksari Sastri



FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Demo Blog NJW V2 Updated at: 22.22

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.